Let's Explore IT !

Kata mbah Bardolo, IT tidak hanya teknik.. IT tidak hanya sains..
Tetapi IT adalah juga seni, humanisme dan cinta....

Saturday 27 December 2014

Pagelaran Wayang Kulit "Dawud-Batsyeba" dalam Perayaan Natal 2014 GKJ Sidomulyo Wilayah Gesi

Liputan dan Foto oleh : Navida W.A


Ada yang berbeda dalam perayaan Natal 2014 Gereja Kristen Jawa Sidomulyo Wilayah Gesi Sragen kali ini. Pembeda itu bernama "Pagelaran Wayang Kulit Rohani", atau yang dikenal dengan Wayang Wahyu yang dipentaskan selama kurang lebih 3 jam di sela-sela perayaan Natal tersebut.
Pagelaran wayang kulit ini diberi judul "Dawud - Betsyeba" dan digelar oleh Ki Dalang Juworo Bayu Kusumo, seorang dalam muda dari padepokan Institut Seni Indonesia Surakarta.
Ki Juworo Bayu Kusumo sendiri adalah juga salah satu warga GKJ tersebut, putra dari pasangan seniman kondang Mbak Sri Harjutri dan Mas Budi Sutopo. Pagelaran wayang kulit ini mendapat perhatian warga sekitar, terbukti dari banyaknya tamu undangan yang cukup antusias menikmati aliran cerita yang disajikan sampai ke penghujung acara.

Penampilan Dalang Cilik Alfeus Jagad Hartakusuma

Satu hal yang cukup menarik perhatian adalah tampilnya dalang cilik Alfeus Jagad Hartakusuma yang mengawali pagelaran Wayang Rohani tersebut. Alfeus adalah putra Mas Dwi Hartoyo, salah seorang alumni Sekolah Minggu Elisa, GKJ Pepanthan Gesi. Dalang cilik berusia 6 tahun tersebut ternyata cukup terampil dan trengginas memainkan wayang, sehingga menuai banyak pujian dari para penonton.
Ki dalam cilik Alfeus Jagad Hartakusuma
"Hebat.. Luar biasa.. Iki jenenge nguri-uri budaya Jawa tenan.." Pak Waidi, ketua panitia berdecak kagum setelah penampilan Feus selesai.
"Lha nek ning ngomah ki nyekel wayang rung jejeg lho.. kok ning kene malah wis apike kaya ngono.." ucap Bu Parjo, nenek Alfius.
"Itu namanya berkat Tuhan Bu.. Pas tampil kanggo Gusti, mesti bakal di jejeg-ne Gusti.." kata Bu Warni, penonton yang lain menanggapi.

Prabu Dawud dan Batsyeba dalam Gelaran Wayang

Pagelaran Wayang Daud-Batsyeba ini dibuka dengan sebuah abstraksi oleh Bapak Pendeta Ely Subagyo, Pendeta GKJ Sidomulyo Sragen. Sebuah kidung pambuka dilantunkan dengan merdu oleh Pak Ely, sebelum pagelaran ini dimulai.

Cerita Wayang Dawud - Batsyeba sendiri, diawali dengan  adegan Prabu Dawud yang mengutus Senopati Uria untuk pergi berperang melawan musuh-musuh Israel. Daud mengirim Uria ke barisan paling depan dalam pertempuran yang paling hebat. Sayang sekali, hasrat Daud mengirim Uria tersebut, bukan karena penghargaan atas kehebatan dan keberanian Uria sebagai Prajurit Israel, melainkan terselip niat jahat, agar Uria mati dan istrinya yang cantik, yang bernama Batsyeba dapat ia miliki.

Sebuah Adegan dimana Daud bertemu Betsyeba 
Harapan Prabu Dawud pun terpenuhi. Uria pun gugur dalam sebuah pertempuran hebat. Ia gugur sebagai pahlawan Israel. Ketika didengar Batsyeba, bahwa Uria, suaminya, sudah mati, maka merataplah ia karena kematian suaminya itu. Dan setelah lewat waktu berkabung, maka Daud menyuruh membawa perempuan itu ke rumahnya untuk dijadikannya isteri. Tetapi tentu saja hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN.

Melalui Nabi Natan, Tuhan-pun menegur Prabu Dawud, bahwa atas kesalahan yang dilakukannya, maka malapetaka akan ditimpakan kepada Sang Prabu, yang datang dari kaum keluarganya sendiri. Dawud-pun bertobat dan menyesali dosa yang telah diperbuatnya. Tetapi hukuman Tuhan tetap datang. Anak yang dilahirkan Batsyeba dari hasil perbuatan jahat itupun sakit dan akhirnya mati, Kemudian Absalom, anak Dawud yang lain, memberontak dan mengusir Dawud dari istananya. Meski pada akhirnya Absalom mati dalam sebuah pertempuran dengan Yoab, sang panglima Dawud. Yoab menghabisi Absalom dengan tusukan lembingnya ketika sang Pangeran sedang tergantung di sebuah pohon yang bernama Tarbantin. Kematian Absalom ini membuat Dawud merasa sedih sehingga ia meratapi kematian anaknya itu, sekaligus meratapi dosa-dosanya.

Warga yang menyaksikan sangat antusias sampai penghujung acara
Refleksi Natal : Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga

Cerita dalam Wayang Rohani tersebut merefleksikan sebuah keluarga yang "hancur" ketika mengesampingkan Allah dalam kehidupannya. Prabu Dawud yang meninggalkan Allah, melanggar hukum Allah, ketika memutuskan untuk merebut Batsyeba dari tangan Uria. Pada akhirnya ia memperoleh hukuman yang setimpal dari Allah yaitu kehancuran keluarganya sendiri.

Akhir kata, penulis mengucapkan Selamat Natal dan menyongsong Tahun Baru 2015, semoga damai Natal yang dari Tuhan, senantiasa melimpah dalam kehidupan keluarga kita, dan semoga kita dimampukan-Nya untuk mengalirkan kedamaian tersebut ke kehidupan orang-orang di sekitar kita.
Amin..



5 comments:

Yudi said...

Luar Biasa... Gereja Nggesi-pun banyak seniman.. Salut!

Teguh Wahyono said...

Matur nuwun mas Yudi.. Mudah-mudahan bisa terus konsisten nguri-uri kabudayan Jawi..

Wahyu DUNUNG Raharjo, S.Sn said...

luar biasa... mari kita pakai seni dan budaya untuk memuliakan Tuhan

seo profesional said...

salut dengan acara ini,semoga kedepannya acara seperti ini bisa ada ;lagi agar seni khas jawa ini terus terjaga dan bakal anak muda lainnya yang ingin jadi dalang

Agung.W said...

Salut sma keponakan"ku iki,,sukses trs ya dik,,,lan matursuwun mas Teguh..

Post a Comment

Silakan masukkan komentar Anda... Bebas kok :-)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India